Sabtu, 27 Agustus 2011

Majalah Lama: "Pantjarku" Tahun 1955









Penerbit: Kader Muhammadijah Daerah Malang. Alamat Redaksi: Kotakpos 82, Malang. Pimpinan Umum: Youdo Prajitno. Redaksi: M. Faisal. Dewan Redaksi: Siti Uttary; Muchtar Sjahri; Hajatoedin Sjahlan. Tata Usaha: Koesnadhi Untung; Sjafiudin. Ilustrator: Soebari Musjtak.

Motto: Majalah bulanan untuk Umum. Terbit dua kali sebulan. Isinya, selain tulisan-tulisan yang berkaitan langsung dengan Muhammadiyah, juga ada banyak hal umum lain. Misalnya, puisi, masalah wanita, cerita pendek (cerpen), dan lain-lain.

Teknik cetak majalah ini masih dalam bentuk stensilan. Belum dicetak seperti layaknya majalah modern saat ini. Jumlah halamannya pun hanya 20 lembar (tidak termasuk cover).

Majalah yang tampak di blog adalah edisi No. 3/Tahun I/24 Desember 1955. Harga: Rp. 1.50,- Cover Depan: K.H. Agus Salim.

Catatan:


SalahHaji Agus Sali satu tokoh yang dibahas dalam edisi ini adalah H. Agus Salim. Belia lahir di Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat, 8 Oktober 1884 dengan nama Mashudul Haq yang berarti “pembela kebenaran”. Ia adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. Terjun ke dunia jurnalistik sejak tahun 1915 di Harian Neratja sebagai Redaktur II. Setelah itu diangkat menjadi Ketua Redaksi. Kegiatannya dalam bidang jurnalistik terus berlangsung hingga akhirnya menjadi Pemimpin Harian Hindia Baroe di Jakarta. Kemudian mendirikan Suratkabar Fadjar Asia. Dan selanjutnya sebagai Redaktur Harian Moestika di Yogyakarta dan membuka kantor Advies en Informatie Bureau Penerangan Oemoem (AIPO). Bersamaan dengan itu Agus Salim terjun dalam dunia politik sebagai pemimpin Sarekat Islam.

Di antara tahun 1946-1950 ia laksana bintang cemerlang dalam pergolakan politik Indonesia, sehingga kerap kali digelari “Orang Tua Besar” (The Grand Old Man). Ia pun pernah menjabat Menteri Luar Negeri RI pada kabinet Presidentil dan di tahun 1950 sampai akhir hayatnya dipercaya sebagai Penasehat Menteri Luar Negeri. Pada tahun 1952, ia menjabat Ketua di Dewan Kehormatan PWI. Biarpun penanya tajam dan kritikannya pedas namun Haji Agus Salim dikenal masih menghormati batas-batas dan menjunjung tinggi Kode Etik Jurnalistik.

Setelah mengundurkan diri dari dunia politik, pada tahun 1953 ia mengarang buku dengan judul Bagaimana Takdir, Tawakal dan Tauchid harus dipahamkan? yang lalu diperbaiki menjadi Keterangan Filsafat Tentang Tauchid, Takdir dan Tawakal. Ia meninggal dunia pada 4 November 1954 di RSU Jakarta dan dimakamkan di Taman Makam Pahlwan Kalibata, Jakarta.

N

Tidak ada komentar: